Pemerhati Sejarah Dr. Husensah, M.Pd : Pocut Baren Layak Diusulkan Pahlawan Nasional

ACEH BARAT (Metrozone.net) – Pemerhati Sejarah dan Sosial Dr. Husensah, M.Pd menyebutkan bahwa Pahlawan Aceh Pocut Baren sudah layak untuk diusulkan sebagai pahlawan nasional melalui keputusan presiden (Kepres) seperti Teuku Umar dan Cut Nyak Dhien serta Cut Meutia yang telah tercatat dalam lembaran negara Republik Indonesia.

Menurut catatan sejarah, kata dia, bahwa Pocut Baren adalah seorang pahlawan dan ulama wanita dari Aceh yang terkenal gigih melawan penjajahan Belanda di era tahun 1930-an. Ia lahir pada tahun 1880 di desa Tungkop Kecamatan Sungai Mas di pelosok pedalaman Kabupaten Aceh Barat.

Dr. Husensah, M.Pd yang merupakan mantan Kepala SMPN 1 Sungai Mas dan juga pendiri sekolah MTs Pocut Baren di Gampong Gaseu Kecamatan Sungai Mas Kabupaten Aceh Barat ini mengatakan seharusnya setiap momen pada peringatan hari Pahlawan Nasional 10 November Pemerintah Kabupaten Aceh Barat harus berziarah ke makam Pocut Baren Pahlawan wanita asal Aceh Barat yang sampai saat ini belum tercatat dalam lembaran Negara sebagai Pahlawan Nasional yang makamnya berada di Desa Tungkop Kecamatan Sungai Mas Kabupaten Aceh Barat

Menurut catatan sejarah, kata Husensah, Pocut Baren salah satu Pahlawan wanita yg sangat keras dan tidak menyerah dalam menentang penjajahan Belanda sekitar tahun 1930-an silam, sehingga wanita itu tembak dan diamputasi kaki nya, maka sangat dikenal dalam sejarah Pocut Baren Puntong, tapi sayang nya sampai saat ini Pahlawan Aceh Pocut Baren itu belum mendapat gelar penghargaan sebagai pahlawan nasional dari pemerintah Indonesia

Kedepan kita berharap pada pemerintah Aceh melalui Dinas Sosial agar dapat mengusulkan pada pemerintah pusat semoga dapat terakomodir dalam nama Pahlawan Nasional, sementara nama-nama jalan dan yayasan di Aceh ada Pocut Baren tapi kepres nya tidak ada, Ujar Husensah

Ia mengatakan seharusnya Pemerintah Provinsi (Pemprov) Aceh melalui Dinas dapat mengusulkan Pocut Baren sebagai pahlawan nasional kepada pemerintah pusat melalui kementerian sosial

“Tapi sebelum usulan dibuat, kata Husensah, Tim Peneliti Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD) harus melakukan kajian terlebih dahulu, baru disidangkan dan selanjutnya diusulkan ke Kementerian Sosial

Dan selanjutnya usulan itu kemudian dibahas lagi ditingkat pusat oleh Tim Peneliti Pengkaji Gelar Nasional (TP2GN), sebab ini, kata dia, ini menjadi kewenangan Kementerian Sosial untuk dilakukan pembahasan lebih lanjut untuk mendapat gelar pahlawan nasional melalui kepres, Sebut Husensah

Berikut sekilas sejarah tentang sosok Pahlawan Aceh Pocut Baren yang dikutip dari berbagai Sumber :

Pocut Baren adalah seorang pahlawan dan ulama wanita dari Aceh yang terkenal gigih melawan penjajahan Belanda. Ia lahir pada tahun 1880 di desa Tungkop Kecamatan Sungai Mas Kabupaten Aceh Barat

Selain menjadi panglima perang , ia pun menjadi uleebalang daerah Gome. Ia mempunyai pengikut setia yang banyak dan membantunya dalam pertempuran melawan Belanda. Menurut cerita penduduk, ia ikut bergerilya bersama-sama pasukan yang dipimpin oleh Cut Nyak Dhien.

Setelah Cut Nyak Dhien tertangkap oleh Belanda, Pucut Baren tetap meneruskan perjuangan menentang penjajahan Belanda. Ia menjadi panglima perang menggantikan suaminya yang meninggal dunia dalam peperangan.

Dalam bertempur Pocut Baren selalu diiringi oleh semacam pengawal, terdiri dari lebih kurang tiga puluh orang pria. Kemana-mana ia selalu memakai peudeueng tajam (pedang tajam), sejenis kelewang bengkok

Pocut Baren telah berjuang dalam waktu yang cukup lama. Sejak muda ia terjun ke kancah pertempuran. Pocut Baren juga ikut berjuang bersama-sama dengan Cut Nyak Dhien.

Perjuangan dan perlawanan Pocut Baren yang gagah berani dilukiskan sendiri oleh penulis Belanda bernama Doup. Pocut Baren telah melakukan perlawanan terhadap Belanda sejak tahun 1903 hingga tahun 1910.

Cut Nyak Dhien pernah tertangkap oleh pasukan Belanda pada tanggal 4 November 1905. Artinya, Pocut Baren pernah memimpin sendirian pasukannya melawan Belanda, meskipun Cut Nyak Dhien masih aktif berjuang secara sendirian.

Dengan demikian, pada masa itu di wilayah Aceh terdapat dua wanita pejuang yang memimpin pasukannya melawan Belanda, yaitu Cut Nyak Dhien dan Pocut Baren.

Akibat serangan gencar Belanda, Pocut Baren pernah terdesak ke pedalaman hutan dan memutuskan bermarkas di sebuah gua di Gunong Mancang. Belanda mengalami kesulitan melacak keberadaan gua ini.

diketahui. Usaha tentara Belanda untuk sampai di gua itu kandas di tengah jalan karena ketika sedang mendaki gunung, beratus-ratus batu digulingkan ke bawah oleh anak buah Pocut Baren sehingga banyak tentara Belanda yang tewas.

Akhirnya Belanda mendapat akal untuk mengalirkan 1200 kaleng minyak tanah ke arah gua lalu dibakar. Banyak jatuh korban karena penyerangan ini.

Pocut Baren sendiri terkena peluru di kakinya sehingga perlawanannya terpaksa berhenti. Ia lalu ditahan di Kutaraja, tetapi anak buahnya tetap melakukan perlawanan.

Setelah penangkapannya oleh Belanda, dia dipindahkan ke kutaraja. Kakinya yang tertembak karena tidak menerima perawatan yang cukup lalu membusuk dan harus diamputasi.

Setelah Pocut Baren dinyatakan sembuh dari sakitnya dan diyakini oleh Belanda tidak akan melakukan perlawanan lagi, maka ia dikembalikan ke kampung halamannya di Tungkop sebagai seorang uleebalang

Namun perlawanan Pocut tidaklah berhenti sampai disitu saja. Walau ia tidak dapat berperang langsung namun jiwa panglimanya terus berkobar. Dia terus menyemangati para anak buahnya.

Melalui syair dan pantun dia menyemangati para pengikutnya agar tetap bersemangat melakukan perlawanan terhadap kaphe Belanda. Pantun-pantunya yang popular dan mengesankan itu masih belum dilupakan orang.

Pocut Baren wafat dan dimakamkan di kampung halamannya, Kemukiman Tungkop, Kecamatan Sungai Mas, Kabupaten Aceh Barat. Sebagai bentuk penghargaan pemerintah memberi nama-nama jalan dan juga ada nama yayasan di Provinsi Aceh dengan nama Pocut Baren

Pewarta: Almanudar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *