Mahasiswa UTU Sorot Penyumbatan Aliran Krueng Bubon, Petani Terancam Gagal Panen

Daerah194 Dilihat

Aceh Barat (METROZONE.net) – Ulul Azmi yang merupakan Mahasiswa Universitas Teuku Umar (UTU) meminta agar penyumbatan krueng bubon segera diatasi mengingat sungai tersebut menjadi sumber ekonomi warga sekitar. Akibat banjir yang ditimbulkan oleh tersumbatnya aliran Krueng Bubon ini, para petani terancam gagal panen. Bahkan akibat lainnya seperti menurunnya kualitas padi, beberapa petani mengalami gagal panen

Mahasiswa program Studi ilmu hukum, fakultas Sosial dan Ilmu Politik UTU ini, menyebutkan bahwa sungai Krueng Bubon ini memiliki panjang sekitar 100 Kilometer yang mengaliri tiga wilayah, mulai dari Woyla, Bubon hingga Samatiga.

“Sungai tersebut selama ini terjadi penyumbatan akibat enceng gondok dan sampah rumah tangga” ujar Ulul Azmi

Ia mengatakan bahwa air dari sungai ini digunakan sebagai sumber irigasi utama untuk mengaliri lahan-lahan persawahan milik warga setempat.

Keberadaan krueng bubon sangat membantu dalam menjaga kestabilan produksi pertanian, khususnya padi, yang menjadi komoditas utama di wilayah tersebut,” kata Ulul Azmi, Minggu (13/4-2025)

Selain itu, tambah Azmi, sistem irigasi yang bersumber dari sungai ini juga mendukung budidaya tanaman lain seperti jagung, sayur-sayuran, dan nilam, yang memiliki nilai ekonomis tinggi.

Dengan demikian, Krueng Bubon tidak hanya berperan sebagai sumber daya alam, tetapi juga sebagai tulang punggung ekonomi masyarakat lokal,”kata Ulul Azmi yang juga merupakan pengurus Ikatan Pemuda, Pelajar dan Mahasiswa Samatiga (IPMS)

Lebih lanjut Ulul Azmi mengatakan beberapa tahun belakangan ini, Krueng Bubon mengalami penyumbatan akibat pertumbuhan eceng gondok yang sangat cepat. Tanaman air ini menyebar luas di permukaan sungai dan menyumbat aliran air, terutama di musim kemarau ketika debit air menurun.

Pertumbuhan tanaman air ini yang tak terkendali telah menutup sebagian besar permukaan sungai, menyebabkan aliran air melambat dan meluap ke area persawahan, terutama saat musim hujan. Hal ini membuat petani mengalami kerugian karena tanaman padi yang baru ditanam terendam dan gagal panen,” Ungkapnya

Kata Azmi, selain penyumbatan yang disebabkan oleh eceng gondok, Krueng Bubon juga mengalami pencemaran yang berasal dari bangkai jembatan lama yang terbengkalai dan ranting pohon yang terjatuh ke sungai. Bangkai jembatan yang tidak terkelola dengan baik menjadi sumber pencemaran yang cukup signifikan.

Struktur jembatan yang rusak atau terbengkalai ini tidak hanya menghambat aliran air, tetapi juga dapat menumpuk sampah dan kotoran yang mencemari air dan mengurangi kualitas air di sungai, sehingga berpotensi menurunkan kesehatan ekosistem sungai.

Kondisi ini semakin mempersulit aliran air yang digunakan untuk irigasi, memperburuk masalah banjir yang terjadi secara periodik di daerah sekitar, dan tentunya berdampak langsung pada hasil pertanian, terutama bagi petani di Kecamatan Samatiga dan daerah sekitarnya yang bergantung pada sungai ini.

Untuk itu, Azmi meminta pemerintah Aceh Barat untuk membersihkan bangkai jembatan yang terbengkalai dan ranting pohon yang menghambat aliran sungai, guna mengurangi pencemaran dan menjaga keberlanjutan ekosistem serta irigasi yang vital bagi pertanian.

Bahkan beberapa bulan belakangan ini, persawahan yang terletak di wilayah Samatiga mulai dari Cot Seumeureung hingga Layung sering terjadi banjir. Bahkan pernah banjir sebanyak tiga kali dalam sebulan.

Pembersihan perairan Krueng Bubon pernah dilakukan, namun itu sudah lama sekali. Kami berharap kepada pemerintah Aceh Barat agar segera mengatasi masalah penyumbatan aliran Krueng Bubon ini,” demikian Ulul Azmi

Penulis: Almanudar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *