Keuchik di Kecamatan Samatiga Wacanakan Kembali Pola Turun Ke Sawah Secara Serentak

Daerah1020 Dilihat

ACEH BARAT, Metrozone.net I Tiga orang geuchik gampong di Samatiga masing-masing geuchik gampong Paya Lumpat Annasir Yahya, geuchik gampong Cot Seumereug Nurdin dan geuchik Rangkileh Umar Dani mewacanakan kembali pola turun ke sawah secara serentak mencakup persemaian benih, jenis varietas, umur varietas yang disepakati secara umum oleh seluruh petani melalui rembuk bersama antar komunitas tersebut.

Hal ini terungkap dalam diskusi singkat antara Sekjen FORBANGSA Samatiga Suandi di sela-sela masih dalam suasana silaturahmi dengan kedua orang geuchik gampong tersebut di “Warong Mie Cek Bi” gampong Paya Lumpat ( Senin, 15 April 2024)

Dalam suasana penuh keakraban dan kegembiraan diselimuti canda tawa sekali-sekali namun tetap serius tema diskusi “Wacana Tanam Padi Dua Kali Dalam Setahun” begitu menyita perhatian beberapa orang petani kebetulan sedang mangkal menikmati aroma kopi Cek Bi.

Menurut tokoh Samatiga Bukhari Jailani, melihat carut marut pola tanam padi akhir-akhir ini begitu memprihatinkan karena itu, diperlukan langkah-langkah antisipatif bersifat anti thesis untuk mengembalikan harkat dan martabat petani agar memperoleh hasil melimpah berimplikasi pada kesejahteraan dan kemakmuran petani itu sendiri.

Sebut saja pada saat ini dinamika turun ke sawah dan pola tanam sepenuhnya dilakukan sesuka petani masing-masing seperti tanpa adanya kerja sama dan koordinasi antar gampong akibatnya hasil usaha pertanian kurang maksimal.

Tokoh Samatiga pemerhati pertanian Bukhari Jailani malah berkali-kali mewanti-wanti orang nomor satu di kedua gampong tersebut supaya kembali menganut pola tanam padi seperti masa “Kujrun Blang” Nek Tu Mukim Cot Darat dengan tetap mengandalkan Istilah “Keunenong” (Musiman) belajar mengamati bulan dan bintang. Jangan asal tanam termasuk perlu dilakukan kembali spirit Khanduri Blang tersirat makna filosofis orang Aceh begitu mendalam.

Sekjen FORBANGSA Samatiga Suandi sangat mendukung ajakan yang disampaikan oleh ke tiga geuchik tersebut sebab terlepas dari kemajuan tekhnologi mutakhir pertanian hari ini namun juga tidak ada salahnya upaya penerapan warisan Indatu kembali digalakkan. Dikuatirkan jika pola tanam seperti hari terus berlangsung tidak tertutup kemungkinan kerawanan pangan akan terjadi, cetusnya

(Almanudar)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *