Durhaka atau Berbhakti

Opini37 Dilihat

Banyuwangi, Metrozone.Net- Jika dihadapkan dengan pilihan antara ” durhaka ” atau ” berbakti ” secara umum pasti sebagai manusia yang punya hati atau moral akan memilih berbakti, namun penulis menulis dengan konteks durhaka atau berbhakti kepada birokrasi.

Dunia negeri dongeng PT. Pasukan Jembuk – Jembuk ini memang berbeda dengan yang lain. Di kadipaten ini yang durhaka lebih mendapat tempat dan kehidupan lebih baik daripada orang yang berbhakti. Contoh sederhana bagi para pembangkang akan mendapatkan benggolan emas yang lebih banyak, tentu itu bukan hal yang luar biasa di kadipaten ini.

Sang Ratu entah paham atau tidak dengan apa yang dilakukan oleh adipati – adipati atau punggawa kepercayaannya. Selain adanya ketidak kompakan dalam kinerja ditubuh adipati – adipatinya, mereka juga terlalu sibuk dan takut untuk menyiapkan upeti dengan jumlah yang besar untuk mengamankan kadipaten agar selalu kondusif.

Sang Ratu dan wakil yang rendah hatì tak sejalan dengan sifat dan sikap para punggawa yang congkak atas dasar title dan keilmuan atau bahkan karena kekayaannya yang selalu menutup diri untuk masyarakat kecil. Ajakan diskusi tak diinisiasi bahkan tak dihargai, namun diajak transaksi dengan pemain konspirasi yang menggunakan narasi, justru mereka lebih suka dan menikmati dengan dalih kondusif di kadipaten ini.

Kondusifitas bukankah itu tugas utama para penegak aturan, apakah punggawa – punggawa di PT. Pasukan Jembuk – Jembuk ini tidak percaya kepada penegak aturan, pelindung masyarakat untuk menciptakan kondusifitas?, miris sekali kalau transaksi hanya untuk dalil kondusifitas.

Tak ada yang salah, perbanyak massa, perbanyak data, perbanyak konspirasi biar mendapat hasil yang lebih, celetuk salah satu pendekar tersohor yang ditakuti para punggawa di PT. Pasukan Jembuk – Jembuk.

Pak Aab harus menjadi kernet yang tepat dan bijak bagi sang Ratu, jangan terlalu memberatkan kepada sang Ratu maupun kepada patih – patihnya agar sikap congkak dan pikiran transaksional saat kritik menghampiri tidak dijadikan tradisi di kadipaten ini.

Cerita ini hanya sekedar fiksi dan sebagai hiburan. Jika ada kesamaan kata dan peristiwa mohon dimaafkan.

Penulis : Veri Kurniawan S.ST.,S.H

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *