Aceh Barat Perlu Kurikulum Pendidikan Renang

Daerah160 Dilihat

ACEH BARAT (Metrozone.net) – Penemuan jenazah bocah 13 tahun dipingiran pantai Desa Suak Nie yang diduga tenggelam setelah dilaporkan hilang selama 3 hari pada hari Minggu, 25 Februari 2024 kemarin, menambah rentetan kasus kematian akibat tenggelam di Aceh Barat.

Puluhan kasus kematian akibat tenggelam di kabupaten Aceh Barat selama 2 tahun terakhir yang terekspos media menjadi dasar yang harus diperhatikan oleh pemerintah daerah dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang dampak dari tenggelam dan cara-cara penyelamatan diri untuk mencegah tenggelam.

Pernyataan tersebut disampaikan Anggota Komisi Penelitian dan Penjaminan Mutu Pendidikan, Majelis Pendidikan Daerah (MPD) Aceh Barat, Hajat Saputra, Senin, 26 Februari 2024.

“Ini menunjukkan kurangnya pemahaman masyarakat kita tentang pengetahuan dasar cara-cara penyelamatan diri untuk mencegah tenggelam, apalagi 2 kasus terakhir yang terjadi di Aceh Barat korbannya adalah anak-anak, jadi Aceh Barat butuh kurikulum pendidikan renang,” ujar Hajat Saputra.

Menurut Hajat, Pemkab Aceh Barat harus berkaca pada pengalaman negara maju seperti Belanda yang sebagian besar wilayahnya berada dibawah permukaan laut, mengharuskan warganya mampu berenang.

Hal tersebut diterapkan oleh Belanda melalui peraturan yang mewajibkan anak-anak sejak dalam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) untuk mengikuti pelatihan renang dan memberikan pemahaman cara-cara menyelamatkan diri dari tengelam.

Dan juga rutinnya memberi sosialisasi kepada masyarakat terkait cara-cara penyelamatan diri dari tenggelam dan bencana alam.

“Itu juga menjadi salah satu kampanye WHO. Kenapa harus berkaca pada belanda, karena Aceh Barat memiliki kemiripan geografis, dan topologi (sungai dan laut) dengan belanda. Ditambah lagi Aceh Barat menjadi daerah rawan bencana banjir dalam kurun waktu 5 tahun terakhir,” terangnya.

Lebih lanjut dikatankannya, Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dalam 10 tahun terakhir lebih dari 2,5 juta kematian akibat tenggelam dimana 90 % terjadi di negara negara berkembang, dan korban tertinggi terjadi pada anak-anak usia 1-4 tahun dan 5-9 tahun.

“Renang menjadi salah satu keterampilan yang dianjurakan Rasululah SAW untuk diajarkan kepada anak-anak kita. Manfaat renang selain menyehatkan tubuh, merangsang motoric kasar dan meningkatkan kecerdasan anak, juga disarankan dokter untuk recovery (penyembuhan),” sebutnya.

Oleh karena itu, Keselamatan anak-anak dari bahaya tenggelam, dan meminimalisir angka kematian akibat bencana menjadi tanggung jawab bersama, terutama pimpinan daerah baik Eksekutif maupun Legeslatif, dinas pendidikan, dinas olahraga, dan para pemangku kebijakan lainya.

Hajat juga berharap, pemerintah membuat regulasi serta menyiapkan dana dalam upaya meningkatkan kesadaran tentang dampak dari tenggelam dan cara-cara penyelamatan diri (*)

Pewarta : Almanudar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *