Memisahkan Pengikut vs Penumpang, Terkadang Kita Butuh Berlari Untuk Mengetahuinya

Aceh (METROZONE.net) – Berlari dan menoleh ke belakang bisa menjadi pelajaran berharga tentang siapa yang benar-benar bersedia berjalan bersama kita, kebersamaan tidak selalu berarti kesetiaan, dan tidak semua yang dekat ditakdirkan menemani perjalanan panjang. Ada relasi yang layak dirawat, ada pula yang perlu dilepas tanpa dendam. Ada kalanya Kita perlu berlari, bukan untuk mengalahkan siapa pun, melainkan untuk mengenali siapa yang benar-benar bersedia berjalan bersama Kita.

Langkah yang dipercepat, relasi diuji tanpa banyak kata. Bukan janji yang bicara, melainkan kehadiran. Siapa yang tetap mengikuti, dan siapa yang memilih berhenti ketika jarak mulai terasa melelahkan.

Saat berlari, satu per satu sosok di belakang menjadi jelas. Ada yang tertinggal bukan karena lemah, tetapi karena sejak awal tak pernah berniat melangkah jauh. Ada pula yang hanya hadir ketika langkah masih santai dan arah masih nyaman.

Di titik itu, Kita belajar bahwa kebersamaan tidak selalu berarti kesetiaan, dan tidak semua yang dekat ditakdirkan menemani perjalanan panjang.

Ada relasi yang layak dirawat, ada pula yang perlu dilepas tanpa dendam. Sebab dalam hidup, yang terpenting bukan seberapa banyak orang di sekelilingmu, melainkan siapa yang tetap memilih mengikuti ketika kamu memutuskan untuk melangkah lebih jauh.

Ketika seorang Pemimpin memiliki visi besar untuk memajukan bangsa, mereka harus bertindak cepat dan progresif (“berlari”). Langkah cepat ini akan menyeleksi siapa yang benar-benar memiliki visi dan komitmen yang sama, dan siapa yang hanya ikut-ikutan atau sekadar mencari keuntungan dalam memajukan Bangsa.

Dunia bergerak cepat. Membangun negeri tidak bisa hanya dilakukan dengan santai. Perlu ada akselerasi agar tidak tertinggal oleh negara lain.

Pemimpin yang sesungguhnya tidak hanya memerintah, tetapi memberi contoh dengan bergerak lebih dulu (berlari) dan melihat siapa saja yang memiliki semangat juang yang sama untuk menyusul

Tindakan nyata (“berlari”) lebih berbicara daripada sekadar wacana. Mereka yang bersungguh-sungguh akan berusaha keras untuk menyamai kecepatan tersebut.

Rubrik/Opini Oleh: M. Adhar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *