DESA TANOH MIRAH: “PULAU TERISOLASI” DI TENGAH ERA DIGITAL

Aceh Barat (METROZONE.net) – Di tengah gencarnya program digitalisasi nasional, Desa Tanoh Mirah Kecamatan Sungai Mas, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh, justru terjebak dalam “zona mati” telekomunikasi (jaringan).

“Kami harus mengisi log harian setiap hari yang membutuhkan jaringan stabil, sedangkan di desa ini jangankan stabil, setitik sinyal pun tidak ada bahkan di blokir” ungkap Karina Cibro salah satu mahasiswi KKN desa Tanoh Mirah

“Disini memang sulit sekali jaringan, Kalau ingin mencari jaringan harus pergi ke jembatan yang bersebelahan dengan Desa Sakuy.” ungkap Junaidi selaku Keuchik desa Tanoh Mirah

Fenomena yang paling unik adalah – Desa Tanoh Mirah secara geografis terjepit antara Desa Sakuy dan Desa Gleng yang keduanya menikmati akses jaringan memadai. Kondisi “sandwich” ini menciptakan pertanyaan mendasar: mengapa desa di tengah justru menjadi “blind spot” telekomunikasi?

Menurut Data dan informasi dari pemerintah desa serta warga setempat menunjukkan usulan pembangunan tower telah diajukan berulang kali. Namun, hingga detik ini, usulan tersebut tidak mendapat respons konkret dari pemerintah pusat.

Kondisi ini bukan lagi persoalan teknis semata, melainkan ujian komitmen pemerintah terhadap pemerataan pembangunan. Ketika program Indonesia Digital 2045 digaungkan, miliaran rupiah anggaran dialokasikan untuk transformasi digital, namun desa-desa terpencil seperti Tanoh Mirah masih berjuang untuk mendapat “setitik” sinyal.

Kehadiran mahasiswa KKN telah membuka mata dunia luar tentang realitas tersembunyi di Desa Tanoh Mirah. Kesulitan mereka dalam menjalankan tugas akademis menjadi cermin perjuangan sehari-hari warga desa. Inilah momentum emas untuk mengubah keluhan menjadi aksi, dari pengabaian menuju pemberdayaan.

Desa Tanoh Mirah bukan sekadar titik di peta, melainkan komunitas dengan mimpi dan aspirasi yang sama dengan warga Indonesia lainnya. Saatnya pemerintah membuktikan bahwa tidak ada yang tertinggal dalam perjalanan menuju Indonesia Emas di era digital (*)

(Almanudar)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *